NTT | Sapujagadnews.com – Rencana pembangunan pabrik semen PT Singah Merah NTT di Luwuk mendapat respon positif dari masyarakat setempat, hal ini dilihat dari banyaknya kepala keluarga yang telah membubuhkan tanda tangan kesepakatan dengan dua perusahaan yang akan berdiri disana.
Kesepakatan masyarakat Luwuk sendiri berdasarkan musyawarah (keboro weki) yang telah di lakukan, hasil kesepakatan musyawarah itulah yang menjadi acuan masyarakat adat Luwuk untuk menerima kehadiran pabrik.
Romanus Rabon, (Tua Teno) Luwuk, pada 25 April 2020 kepada awak media menyampaikan bahwa butir-butir kesepakatan itu diambil dari hasil musyawarah bersama masyarakat adat Luwuk, tanpa intervensi dari pihak manapun.
“Kami keboro waktu itu pak, hasil keboro itu sudah makanya kami sepakat terima pabrik, imbuhnya
Selaain hasil musyawarah Kepala Adat (Tua Teno) luwuk juga menyampaikan secara pribadi dirinya menerima kehadiran pabrik, karena menurut dia dengan kehadiran pabrik mungkin bisa mensejahterakan masyarakatnya.
“Cala le pabrik hook koe tai ta pa, ata dia ami laing, ai danong kaeng luwuk dami hook ga nenggoo keta kin, sengsara bail” ( Mungkin dengan hadirnya pabrik ini nanti ka pak, mendatangkan kebaikan buat kami, karena sudah dari dulu kampung luwuk ini tidak ada perubahan) Tuturnya
Dikonfirmasi mengenai poin-poin kesepakatan menurut Romanus, Tidak ada intervensi dari pihak manapun bahkan bupati sendiri menyerahkan semua keputusan kepada kami sebagai pemilik lahan.
Soal kesepakatan pembebasan lahan; berbicara tentang pembebasan lahan menurut Romanus sebagai Tua Teno (Kepala adat) dirinya tidak campur tangan, alasanya karena semua lahan yang ada dalam wialayah adat Luwuk sudah dibagikan ke masing-masing kepala keluarga, sudah tidak ada lagi lahan umum, sehingga hak ganti rugi pembebasan lahan nantinya di bayar perorangan sesuai lahan yang ada.
“Selama saya jadi Tua teno, saya belum pernah bagi tanah kepada masyarakat, karna semua tanah yang ada di luwuk ini sudah di bagi oleh Tua Teno sebelumnya, jadi sekarang tanah itu milik pribadi semua tidak ada tanah umum, jadi kalau nanti terima uang ganti masing-masing; tandasnya
Sementara Efrisdus Suhardi seorang tokoh masyarakat di Luwuk juga menyampaikan alasan terkait keputusanya menerima kehadiran investor, Menurut dia secara pribadi dirinya menerima kehadiran pabrik, karena berpotensi meningkatkan perekonomian keluarga,
“Kalau saya terima pabrik ini dengan hati terbuka, niat saya mau merubah nasib” tuturnya
Efeidus juga mengakui bahwa dirinya bersama beberapa warga Luwuk yang lain pernah mendatangi kediaman bupati Matim, Agas Andreas, S.H, M.H di Cekalikang pada ….. kehadiran mereka kesana bukan karena di undang tetapi atas inisiatif sendiri, karena menurut dia petunjuk pemerintah itu sangat penting sehingga mereka tidak salah dalam mengambil keputusan
“Kami kesana bukan karena diundang pak bupati, tetapi mau tukar pikiran kira-kira bagaimana baiknya, karena bapak bupati itu sebagai orang tua di kabupaten manggarai timur” imbuhnya
Setelah menyampaikan maksud kedatangan mereka di hadapan bupati matim, bupati Agas memberikan tanggapan katanya “Kamu yang punya tanah jadi kamu sendiri yang berhak ambil keputusan, kalau menurut kamu itu baik ya silahkan, saya senang kalau kamu semua hidup baik” ujarnya meniru ucapan bupati matim
Jadi kami terima pabrik ini atas mau kami sendiri bukan karena ada pengaruh dari orang lain, sambung Efridus
Keterangan yang sama juga disampaikan oleh Yohanes Wensdei, beliau mengaku senang dengan kehadiran pabrik, karena menurut dia hadirnya investor di kampung halamanya berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
“Saya terima ini pabrik, karena saya berharap kampung luwuk ini bisa maju, saya juga terima pabrik ini bukan karena dipengaruhi orang lain tapi karena kemauan saya sendiri”
Informasi yang diperoleh media ini, di kampung Luwuk ada 72 orang pemilik lahan, yang sudah setuju kehadiran perusahaan Semen 64 orang, dan yang belum setuju sebanyak 8 orang. (Red)
No Responses